Senin, 24 Januari 2011

PENGARUH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT TANAMAN


Makalah
PENGARUH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT TANAMAN

DI SUSUN

Oleh:

KELOMPOK I
TASLIMA
ANGGUN FITRIANA
YULIANA AS
ANDRIANSYAH
FERI AFRIADI


KELAS ; II
AGROTEKNOLOGI



001



AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2010

PENDAHULUAN
Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) :
1.      Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.
2.      Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit.
Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya.
Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu :
1.      Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya.
2.      Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.
3.      Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya.
4.      Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang.








PENGARUH CURAH HUJAN DAN TEMPERATUR TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT TANAMAN


Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor factor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, kepribadian, lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci) mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya.
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman inang, yang akhirnya mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama. Temperatur berpengaruh terhadap sintesis senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, falvonoid yang berpengaruh terhadap ketahannannya terhadap hama. Pengaruh tidak langsungnya adalah kaitannya dengan musuh alami hama baik predator, parasitoid dan patogen.
Dari konsep segitiga penyakit tampak jelas bahwa iklim sebagai faktor lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap proses timbulnya penyakit. Pengaruh faktor iklim terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan, dan reproduksi patogen.
Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing penyakit.
Perubahan iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler, proses fisiologi tanaman dan patogen. Setiap tahap dari siklus hidup patogen, dipengaruhi oleh suhu, dari tunas spora, hingga memasuki masa pertumbuhan induknya menjadi hingga sporulasi baru dan perpindahan spora.
Terdapat temperatur minimum, maksimum, dan optimum yang berbeda untuk tiap patogen yang berbeda dan bahkan untuk proses pada beberapa patogennya. Verticillium dahliae paling aktif menyebabkan kelayuan pada suhu antara 25-280C, tetapi Verticillium albo-atrum akan mendominasi pada suhu 20-250C. Karat dini pada tomat dipicu oleh suhu yang hangat dan sebaliknya.
Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi Xanthomonas oryzae pv. oryzae mempunyai suhu optimum pada 30º C. Sementara F. oxysporum pada bawang merah mempunyai suhu pertumbuhan optimum 28-30 º C. Bakteri kresek penularan utamanya adalah melalui percikan air sehingga hujan yang disertai angin akan memperberat serangan. Pada temperatur yang lebih hangat periode inkubasi penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum ) lebih cepat di banding suhu rendah. Sebaliknya penyakit hawar daun pada kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans lebih berat bila cuaca sejuk (18-22 º C) dan lembab.
Faktor-faktor iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan tanaman inang. Tanaman vanili yang stres karena terlalu banyak cahaya akan rentan terhadap penyakit busuk batang yang disebabkan oleh Fusarium. Ekspresi gejala beberapa penyakit karena virus tergantung dari suhu.
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1-40oC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30oC. Selama suhu rendah atau tinggi maka pengaruh suhu minimum dan maksimum, dimana tumbuhan masih dapat menghasilkan pertumbuhan normal, sangat bervariasi dengan spesies tumbuhan dan dengan tingkat pertumbuhan tumbuhan.
Suhu merupakan factor fisik yang sangat mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan penyakit tanaman. Suhu dapat mempengaruhi kondisi optimal dari pertumbuhan pathogen maupun tanaman inang, sehingga sering sekali terjadi perbedaan tingkat keparahan penyakit di satu tempat dengan tempat lain. Suhu yang tidak ideal untuk tanaman dalam kondisi stress dan mempunyai tingkat ketahanan yang rentan terhadap infeksi pathogen. Akibat suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kekeringan atau kelayuan pada tanaman, sedangkan suhu yang terlalu rendah menyebabkan late frost terhadap titik meristematis muda atau keseluruhan bagian tumbuhan.
Salah satu factor iklim yang berpengaruh terhadap hama dan penyakit  adalah curah hujan yang tinggi yang menyebabkan banjir, beberapa hama/pathogen ditularkan aliran air. Contohnya hama padi yaitu keong emas, dipersawahan  Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur tahun 2008. Sebelumnya tidak ada hama keong emas di daerahnya. Namun setelah banjir besar tahun 2007, tiba-tiba menjadi banyak dan merusak tanaman padi muda.
Air bebas sangat besar peranannya dalam perkembangan penyakit. Pada penyakit-penyakit tertentu seperti kanker kina yang disebabkan oleh Phytopthora cinnamomi atau penyakit lanas tembakau (Phytopthora nicotiane) dapat tersebar luas terbawa air hujan. Selain itu air gutasi juga dapat membantu timbulnya penyakit seperti yang terjadi pada Xanthomonas campestris yang menyerang kol dengan mengadakan infeksi melalui hidatoda (pori air) karena terbawa ke dalam air gutasi. Sedang pada Xanthomonas campestris var. eryzicola pada padi adanya air bebas saja tidak cukup untuk mengadakan infeksi dan membutuhkan faktor lain.
Terdapatnya beberapa penyakit tanaman di wilayah tertentu erat kaitannya dengan jumlah dan distribusi curah hujan selama setahun. Jadi, hawar daun kentang, kudis apel, embun bulu anggur, dan hawar api hanya terdapat atau berada dalam keadaan parah di daerah-daerah yang pada musim pertanaman bercurah hujan atau berkelembaban nisbi tinggi. Kenyataannya, pada semua penyakit tersebut atau pada penyakit lain, curah hujan menentukan bukan hanya berat ringannya penyakit, tetapi juga menentukan apakah penyakit tersebut akan muncul atau tidak di musim itu. Dalam hal penyakit yang disebabkan oleh cendawan, pengaruh kelembaban terjadi pada perkecambahan spora yang memerlukan film air pada jaringan agar dapat berkecambah.
Selain itu juga berpengaruh terhadap pelepasan spora dari sporofor seperti yang terjadi pada kudis apel, yang sporanya hanya dapat terlepas bila keadaan lembab. Jumlah siklus penyakit tiap musim erat kaitannya dengan jumlah curah hujan dalam musim tersebut, terutama curah hujan yang cukup lama sehingga cukup untuk memantapkan infeksi. Jadi, seperti pada kudis apel, diperlukan pembasahan sekurang-kurangnya sembilan jam secara terus menerus pada daun, buah dan lain-lainnya agar terjadi infeksi, meskipun suhu dalam keadaan optimum (18-23°C) bagi patogen. Apalagi bila suhunya lebih rendah atau lebih tinggi, waktu minimum pembasahan yang diperlukan adalah 14 jam pada suhu 10°C, 28 jam pada 6°C dan seterusnya. Bila masa pembasahan kurang dari waktu minimum yang diperlukan pada suhu tertentu, maka patogen tidak akan mampu untuk memantapkan diri di dalam inang dan menimbulkan penyakit.
            Untuk menghadapi perubahan iklim dalam kaitannya dengan perkembangan hama dan penyakit tanaman, diperlukan beberapa langkah:
1.      Melakukan kajian koperehensif dampak curah hujan dan temperature terhadap hama dan penyakit tanaman.
2.      Mengembangkan teknik budidaya yang sesuai seperti pengaturan jarak tanam dan penggunaan varietas local.
3.      Penanganan yang lebih ramah lingkungan dalam pengendalian hama dan penyakit.
4.      Peningkatan pemahaman agroekosistem oleh petani sehingga lebih jeli mengamati dan menyikapi perubahan.







KESIMPULAN
1.      Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor factor iklim baik langsung maupun tidak langsung.
2.      Terdapat temperatur minimum, maksimum, dan optimum yang berbeda untuk tiap patogen yang berbeda dan bahkan untuk proses pada beberapa patogennya.
3.      Hawar daun kentang, kudis apel, embun bulu anggur, dan hawar api hanya terdapat atau berada dalam keadaan parah di daerah-daerah yang pada musim pertanaman bercurah hujan atau berkelembaban nisbi tinggi.
4.      Curah hujan menentukan bukan hanya berat ringannya penyakit, tetapi juga menentukan apakah penyakit tersebut akan muncul atau tidak di musim itu.
5.      Yang terpenting adalah meningkatan pemahaman agroekosistem oleh petani sehingga lebih jeli mengamati dan menyikapi perubahan.











DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hutan. http://id.wikipedia.org/hutan. Diakses pada 10 mei 2010.

Muawin, Heru A. 2009. Hubungan Suhu Bagi Pertumbuhan Tanaman. http://herumuawin.blogspot.com/2009/03/ hubungan-suhu-bagi-pertumbuhan-tanaman/. Diakses pada 26 maret 2009.

Tim MGMP. 2008. Lingkungan Kehidupan di Muka Bumi. http://mgmpgeok.blogspot.com/2008/10/lingkungan-kehidupan-di-muka-bumi.html. Diakses pada 23 maret 2009.

Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. IPB, Bogor. (http://www.google.co.id. Diakses pada 23 maret 2009.)


    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar